Pengertian Kapasitas Tukar Kation
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.
Beberapa Istilah KTK
Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. KTK koloid anorganik atau dikenal sebagai KTK liat tanah,
2. KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah, dan
3. KTK total atau KTK tanah.
KTK Koloid Anorganik atau KTK Liat
KTK liat adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif.
Nilai KTK liat tergantung dari jenis liat, sebagai contoh:
a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c. Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d. Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
KTK Koloid Organik
KTK koloid organik sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan negatif.
Nilai KTK koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KTK koloid anorganik. Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200 me/100 g sampai dengan 300 me/100 g.
KTK Total atau KTK Tanah
KTK total merupakan nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah, baik kation-kation pada permukaan koloid organik (humus) maupun kation-kation pada permukaan koloid anorganik(liat).
Perbedaan KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif
Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. KTK muatan permanen, dan
2. KTK muatan tidak permanen.
KTK Muatan Permanen
KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isomorf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan ukuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di dalam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron.
Contoh peristiwa terjadinya muatan negatif diatas adalah: (a). terjadi substitusi isomorf dari posisi Si dengan muatan 4+ pada struktur lempeng liat Si-tetrahedron oleh Al yang bermuatan 3+, sehingga terjadi kelebihan muatan negatif satu, (b). terjadinya substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ pada struktur liat Al-oktahedron oleh Mg yang bermuatan 2+, juga terjadi muatan negatif satu, dan (c). terjadi substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ dari hasil substitusi isomorf terdahulu pada lempeng liat Si-tetrahedron yang telah bermuatan neatif satu, digantikan oleh Mg yang bermuatan 2+, maka terjadi lagi penambahan muatan negatif satu, sehingga terbentuk muatan negatif dua pada lempeng liat Si-tetrahedron tersebut. Muatan negatif yang terbentuk ini tidak dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pH tanah. KTK tanah yang terukur adalah KTK muatan permanen.
KTK Muatan Tidak Permanen
KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah.
Hasil Pengukuran KTK Tanah
Berdasarkan teknik pengukuran dan perhitungan KTK tanah di laboratorium, maka nilai KTK dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. KTK Efektif, dan
2. KTK Total.
persawahan
Senin, 24 September 2012
Senin, 18 Juni 2012
Gejala Kekurangan Unsur Hara Essensial
KEKURANGAN NITROGEN (N)
Gejala paling menonjol adalah warna daun yang berubah menjadi kekuningan, jaringan daun mati, selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa kekurangan nitrogen akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan buah yang tidak sempurna (kecil-kecil dan cepat masak).
Gejala paling menonjol adalah warna daun yang berubah menjadi kekuningan, jaringan daun mati, selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa kekurangan nitrogen akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan buah yang tidak sempurna (kecil-kecil dan cepat masak).
KEKURANGAN FOSFOR (P)
Kekurangan fosfor menyebabkan hambatan pertumbuhan pada sistem akar, warna daun menjadi hijau tua/keabu-abuan, sering pula terdapat pigmen merah pada bagian bawah daun, selanjutnya daun mati. Pertumbuhan buah sangat jelek dan tanaman menjadi kerdil karena perakaran yang buruk dan kurang berfungsi.
Kekurangan fosfor menyebabkan hambatan pertumbuhan pada sistem akar, warna daun menjadi hijau tua/keabu-abuan, sering pula terdapat pigmen merah pada bagian bawah daun, selanjutnya daun mati. Pertumbuhan buah sangat jelek dan tanaman menjadi kerdil karena perakaran yang buruk dan kurang berfungsi.
KEKURANGAN KALIUM (K)
Pada awalnya daun tampak mengkerut, kemudian tepi daun menguning, tampak bercak-bercak kotor berwarna coklat, kemudian daun mati. Ukuran batang menjadi relatif pendek sehinga tanaman tampak kerdil, buah banyak yang berjatuhan sebelum masak, pemasakan buah pun berlangsung sangat lambat.
Pada awalnya daun tampak mengkerut, kemudian tepi daun menguning, tampak bercak-bercak kotor berwarna coklat, kemudian daun mati. Ukuran batang menjadi relatif pendek sehinga tanaman tampak kerdil, buah banyak yang berjatuhan sebelum masak, pemasakan buah pun berlangsung sangat lambat.
KEKURANGAN KALSIUM (Ca)
Kekurangan kalsium juga meyebabkan hambatan pertumbuhan pada sistem akar, daun muda tampak berkeriput, ujung dan tepinya menjadi kuning, jaringan daun pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mulai mati karena distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan terhambat.
Kekurangan kalsium juga meyebabkan hambatan pertumbuhan pada sistem akar, daun muda tampak berkeriput, ujung dan tepinya menjadi kuning, jaringan daun pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mulai mati karena distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan terhambat.
KEKURANGAN MAGNESIUM (Mg)
Magnesium merupakan bagian pembentuk klorofil, oleh karena itu kekurangan unsur ini akan menimbulkan gejala-gejala yang tampak pada daun. Daun menjadi mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin sehingga banyak daun yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut.
Magnesium merupakan bagian pembentuk klorofil, oleh karena itu kekurangan unsur ini akan menimbulkan gejala-gejala yang tampak pada daun. Daun menjadi mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin sehingga banyak daun yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut.
KEKURANGAN BELERANG (S)
Kekurangan unsur belerang menyebabkan klorosis terutama pada daun muda. Perubahan warna terjadi pada keseluruhan daun (tidak setempat), warna hijau makin pudar dan berubah menjadi hijau sangat muda atau kuning sehingga menyebakan tanaman tampak berdaun hijau dan kuning.
Kekurangan unsur belerang menyebabkan klorosis terutama pada daun muda. Perubahan warna terjadi pada keseluruhan daun (tidak setempat), warna hijau makin pudar dan berubah menjadi hijau sangat muda atau kuning sehingga menyebakan tanaman tampak berdaun hijau dan kuning.
KEKURANGAN ZAT BESI (Fe)
Kekurangan zat besi biasanya terjadi pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur. Pada awalnya secara setempat daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, warna hijau pada tulang daun berubah menjadi kuning pucat sampai putih. Gejala paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun muda banyak yang menjadi kering dan berguguran.
Kekurangan zat besi biasanya terjadi pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur. Pada awalnya secara setempat daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, warna hijau pada tulang daun berubah menjadi kuning pucat sampai putih. Gejala paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun muda banyak yang menjadi kering dan berguguran.
KEKURANGAN BORON (B)
Kekurangan unsur boron menyebabkan terjadinya klorosis secara setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi. Jaringan daun menjadi mati, daun muda tidak berkembang, pertumbuhan berhenti (kerdil), kuncup mati dan menjadi berwarna hitam/coklat. Pada beberapa bagian dari buah terjadi penggabusan, umbi menjadi kecil yang terkadang dipenuh lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula pada bagian akar.
Kekurangan unsur boron menyebabkan terjadinya klorosis secara setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi. Jaringan daun menjadi mati, daun muda tidak berkembang, pertumbuhan berhenti (kerdil), kuncup mati dan menjadi berwarna hitam/coklat. Pada beberapa bagian dari buah terjadi penggabusan, umbi menjadi kecil yang terkadang dipenuh lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula pada bagian akar.
KEKURANGAN MANGAN (Mn)
Awalnya diantara tulang daun secara setempat terjadi klorosis, warna hijau pada daun berubah menjadi kuning yang selanjutnya menjadi putih. Jaringan pada bagian daun yang mengalami klorosis menjadi mati, mengering, dan mengeriput. Kekurangan mangan juga berakibat buruk terhadap pembentukan biji.
KEKURANGAN SENG (Zn)
Kekurangan unsur seng menyebabkan tanaman mengalami penyimpangan dalam pertumbuhan, antara lain: daun lebih kecil dan sempit daripada umumnya, warna kuning di antara tulang daun, daun mati sebelum waktunya kemudian mulai berguguran dari daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak.
Awalnya diantara tulang daun secara setempat terjadi klorosis, warna hijau pada daun berubah menjadi kuning yang selanjutnya menjadi putih. Jaringan pada bagian daun yang mengalami klorosis menjadi mati, mengering, dan mengeriput. Kekurangan mangan juga berakibat buruk terhadap pembentukan biji.
KEKURANGAN SENG (Zn)
Kekurangan unsur seng menyebabkan tanaman mengalami penyimpangan dalam pertumbuhan, antara lain: daun lebih kecil dan sempit daripada umumnya, warna kuning di antara tulang daun, daun mati sebelum waktunya kemudian mulai berguguran dari daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak.
KEKURANGAN TEMBAGA (Cu)
Kekurangan unsur tembaga menyebabkan daun-daun muda menjadi layu dan kemudian mati, ranting juga berubah warna menjadi coklat dan ahkirnya mati. Buah yang dihasilkan umumnya kecil-kecil, berwarna kecoklatan, dan pada bagian dalamnya sering dijumpai sejenis perekat (gum). Sering terjadi pada tanaman buah.
Kekurangan unsur tembaga menyebabkan daun-daun muda menjadi layu dan kemudian mati, ranting juga berubah warna menjadi coklat dan ahkirnya mati. Buah yang dihasilkan umumnya kecil-kecil, berwarna kecoklatan, dan pada bagian dalamnya sering dijumpai sejenis perekat (gum). Sering terjadi pada tanaman buah.
KEKURANGAN MOLIBDENUM (Mo)
Kekurangan unsur ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada sayuran. Hampir semua daun mengalami perubahan warna, kadang-kadang daun mengkerut sebelum akhirnya mengering dan mati. Mati pucuk biasa terjadi pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur ini.
Kekurangan unsur ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada sayuran. Hampir semua daun mengalami perubahan warna, kadang-kadang daun mengkerut sebelum akhirnya mengering dan mati. Mati pucuk biasa terjadi pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur ini.
KEKURANGAN Na, Cl, dan Si
Silicon (Si) hanya diperlukan pada tanaman serelia misalnya padi dan gandum, tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya bagi tanaman. Kekurangan unsur Klorida (Cl) dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kekurangan unsur Natrium (Na) menyebabkan resistensi tanaman terhadap air berkurang terutama pada musim kering (tidak dapat meningkatkan kandungan air).
Silicon (Si) hanya diperlukan pada tanaman serelia misalnya padi dan gandum, tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya bagi tanaman. Kekurangan unsur Klorida (Cl) dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kekurangan unsur Natrium (Na) menyebabkan resistensi tanaman terhadap air berkurang terutama pada musim kering (tidak dapat meningkatkan kandungan air).
Satu hal yang menjadi kesamaan
diantara semua gejala kekurangan unsur hara essensial adalah adanya penurunan
hasil panen yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk memenuhi semua kebutuhan nutrisi
tanaman, terutama
unsur hara essensial juga unsur beneficial.
Rabu, 06 Juni 2012
Hormon Tumbuhan
Hormon
Tumbuhan
Hormon adalah molekul-molekul yang
kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut
dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi didalam
nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan. Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
Untuk mempercepat perakaran pada stek diper lukan perlakuan khusus, yaitu dengan pember ian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi dan jumlahnya sangat tergantung pada faktor-faktor seperti umur bahan stek, waktu/lamanya pember ian hormon, cara pemberian, jenis hormon dan sistim stek yang digunakan (Yasman dan Smits, 1988).
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan. Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
Untuk mempercepat perakaran pada stek diper lukan perlakuan khusus, yaitu dengan pember ian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi dan jumlahnya sangat tergantung pada faktor-faktor seperti umur bahan stek, waktu/lamanya pember ian hormon, cara pemberian, jenis hormon dan sistim stek yang digunakan (Yasman dan Smits, 1988).
Secara umum macam hormon atau zat
pengatur tumbuh dapat dibagi dalam tiga kelompok pent ing yaitu auksin,
sitokinin dan giberalin. Untuk perakaran stek, hormone yang pal ing menentukan
adalah dari kelompok auksin. Hormon ini secara alami sudah terdapat dalam
tanaman akan tetapi untuk lebih mempercepat proses perakaran stek maka perlu
ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang
perakaran (Yasman dan Smits, 1988).
Hormon tumbuhan : senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon yang telah dikenal: auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen.
Hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan
lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah
mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu
* Auksin
* Sitokinin
* Giberelin atau asam giberelat (GA)
* Etilena
* Asam absisat (ABA)
* Asam jasmonat
* Steroid (brasinosteroid)
* Salisilat
* Poliamina.
* Triakontanol
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu
* Auksin
* Sitokinin
* Giberelin atau asam giberelat (GA)
* Etilena
* Asam absisat (ABA)
* Asam jasmonat
* Steroid (brasinosteroid)
* Salisilat
* Poliamina.
* Triakontanol
Hormon adalah molekul-molekul yang
kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut
dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan t idak berfungsi
didalam nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tumbuhan merupakan senyawa
organik yang disentesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian
lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon
fisiologis.
Hormon tanaman dapat diartikan luas,
baik yang buatan maupun yang asli serta yang mendorong ataupun yang menghambat
pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo, 1984). Pada kadar rendah
tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar
yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan memat ikan
tanaman (Kusumo,1984).
Hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan
lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah
mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Nama Tumbuhan & Nama Latinnya
Nama Tumbuhan dan Nama Latinnya
No
|
Nama Umum
|
Nama Latin
|
1
|
Akasia
|
Cassia
sp
|
2
|
Alpukat
|
Persea
|
3
|
Anggrek
|
Orcidaceae
|
4
|
Anggrek
Bulan
|
Phalaenopsis
amabilis
|
5
|
Anggrek
Eria Lili
|
Eria
hyachintoides
|
6
|
Anggrek
Eria Mawar
|
Eria
flvascen
|
7
|
Anggrek
Eria Rotan
|
Eria
compressa
|
8
|
Anggrek
Hitam
|
Coelogyne
pandurata
|
9
|
Anggrek
Kalajengking
|
Arachnis
flos-aeris
|
10
|
Anggrek
Kasut
|
Paphiopedilum
sp
|
11
|
Anggrek
Kasut Belang
|
Paphiopedilum
lowii
|
12
|
Anggrek
Kasut Berbulu
|
Paphiopedilum
glaucophyllum
|
13
|
Anggrek
Kasut Hijau
|
Paphiopedilum
javanicum
|
14
|
Anggrek
Kasut Kumis
|
Cypripedium
chamberlalianum
|
15
|
Anggrek
Kasut Pita
|
Paphiopedilum
tonsum
|
16
|
Anggrek
Kepang
|
Pholidota
imbricata
|
17
|
Anggrek
Macan
|
Gramatophyllum
sp
|
18
|
Anggrek
Mata Sapi
|
Dendrobium
anosum
|
19
|
Anggrek
Oncidium
|
Oncidium
sp
|
20
|
Anggrek
Tanah
|
Spathoglottis
aurea
|
21
|
Anggrek
Tanah Apuy
|
Phajus
tankervilliae
|
22
|
Anggrek
Tanah Coklat
|
Phajus
callosus
|
23
|
Anggrek
Tanah Kuning
|
Phajus
flavus
|
24
|
Anggrek
Tebu
|
Gramatophyllum
speciosum
|
25
|
Anggrek
Vanda
|
Vanda
|
26
|
Anggur
|
Vitis
vinifera
|
27
|
Anggur
Bali
|
Alphonso
lavalle
|
28
|
Anggur
Merah
|
Vitis
vinifera
|
29
|
Apel
|
Malus
silveltris
|
30
|
Aren
|
Arenga
pinnata
|
31
|
Asam
Gelugur
|
Garcinia
atroviridis
|
32
|
Asam
Jawa
|
Tamarindus
indica
|
33
|
Asam
Londo
|
Pithecolobium
dulce
|
34
|
Asam
Selong
|
Eugenia
uniflora
|
35
|
Asparagus
|
Asparague
officinalis
|
36
|
Bacang
|
Mangifera
foetida
|
37
|
Bakau
|
Bruguiera
conyugata
|
38
|
Bakung
|
Crinum
asiaticum
|
39
|
Bambu
Apus
|
Gigantochloa
apus
|
41
|
Bambu
Ater
|
Gigantochloa
atter
|
42
|
Bambu
Bangkok
|
Schizostachym
caudatum
|
43
|
Bambu
Batu
|
Dendrocalamus
strictus
|
44
|
Bambu
Betung
|
Dendrocalamus
asper
|
45
|
Bambu
Botol
|
Schizostachyum
zollingeri
|
46
|
Bambu
Duri
|
Bambusa
spinosa
|
47
|
Bambu
Embong
|
Bambusa
horsfieldii
|
48
|
Bambu
Gading
|
Bambusa
vulgaris
|
49
|
Bambu
Gedang
|
Bambusa
ventricosa
|
50
|
Bambu
Gombong
|
Gigantochloa
verticillata
|
51
|
Bambu
Jepang Variegata
|
Arandinaria
japonica/Sasa fortunei
|
52
|
Bambu
Kuning
|
Bambusa
vulgaris
|
53
|
Bambu
Pagar
|
Bambusa
glaucescens
|
54
|
Bambu
Rejeki
|
Dracaena
|
55
|
Bambu
Suling
|
Schizostachyum
silicatum/Bambusa jacobsii
|
56
|
Bambu
Tamiang
|
Schizostachyum
blumei
|
57
|
Bambu
Telur
|
Schizostachyum
zollingeri
|
58
|
Bambu
Wuluh
|
Schizostachyum
mosum
|
59
|
Bambu
Wulung
|
Phyllostachys
puberuka
|
60
|
Bawang
Bombay
|
Allium
cepa
|
62
|
Bawang
Daun
|
Allium
fistulosum
|
63
|
Bawang
Lokio
|
Allium
schoenoprasum
|
64
|
Bawang
Merah
|
Allium
ascalonicum
|
65
|
Bawang
Prei
|
Allium
porrum
|
66
|
Bawang
Putih
|
Allium
sativum
|
67
|
Bayam
|
Amaranthus
sp
|
68
|
Bayam
Cabut
|
Amaranthus
tricolor
|
69
|
Bayam
Duri
|
Amaranthus
spinosus
|
70
|
Bayam
Eropa
|
Spnacia
oleracea
|
71
|
Bayam
Kakap
|
Amaranthus
hybridus
|
72
|
Bayam
Merah
|
Celosia
argentea
|
73
|
Bayam
Raja
|
Amaranthus
hybridus
|
74
|
Bayam
Selandia Baru
|
Tetragonia
expansa
|
75
|
Bayam
Srilangka
|
Basella
alba
|
76
|
Belimbing
manis
|
Averrhoa
carambola
|
77
|
Belimbing
wuluh
|
Averrhoa
bilimbi
|
78
|
Beluntas
|
Pluchea
indica
|
79
|
Benalu
|
Dendrophthoe
sp
|
80
|
Bengkuang
|
Pachyrrhizus
erosus
|
81
|
Bengle
|
Zingiber
cassummunar / Z. Montanum
|
82
|
Benuang
|
Duabanga
molucana
|
83
|
Beringin
|
Ficus
benyamina
|
84
|
Beringin
Karet
|
Ficus
retusa
|
85
|
Blewah
|
Cucumis
melo var cantalupensis
|
86
|
Brotowali
|
Tinospora
tuberculata
|
87
|
Buah
Mentega
|
Diospyros
phillippinensis
|
88
|
Bunga
Bangkai
|
Amorphopalus
titanum
|
89
|
Bunga
Bokor
|
Hydrangea
macrophylla
|
90
|
Bunga
Bugang
|
Clerodendron
calamitosum
|
91
|
Bunga
Cangkak
|
Schima
wallichii
|
92
|
Bunga
embun
|
Drosera
sp
|
93
|
Bunga
Kertas
|
Zinia
elegan
|
94
|
Bunga
Kuning
|
Cassia
surattensis
|
95
|
Bunga
Kupu-Kupu
|
Bauhinia
purpurea
|
96
|
Bunga
Lampion Irian
|
Mucuna
beneetti
|
97
|
Bunga
Lilin
|
Hoya
carnosa
|
98
|
Bunga
Matahari
|
Helianthus
anuus
|
99
|
Bunga
Merak
|
Caesalpinia
pulcherrima
|
100
|
Bunga
Mulut Naga
|
Antirrhinum
majus
|
101
|
Bunga
Negro
|
Sinningia
speciosa
|
102
|
Bunga
Pagoda
|
Clerodendron
paniculatum
|
103
|
Bunga
Patma
|
Rafflesia
patma
|
104
|
Bunga
Pukul Empat
|
Mirabilis
|
105
|
Bunga
Pulu (Cartamus)
|
Carthamus
tinctorius
|
106
|
Bunga
Tahi Ayam
|
Lantana
tamara
|
107
|
Cabai
|
Capsicum
annum
|
108
|
Cabai
Besar
|
Capsicum
annuum var Grossum
|
109
|
Cabai
Rawit
|
Capsicum
frutescens
|
110
|
Cabe
Jawa
|
Piper
retrofractum
|
111
|
Cemara
angin
|
Casuarina
equisetifolia
|
112
|
Cemara
Duri
|
Juniperus
rigida
|
113
|
Cemara
Embun
|
Casuarina
equisetifolia
|
114
|
Cemara
Kipas
|
Casuarina
equisetifolia
|
115
|
Cemara
Laut
|
Casuarina
equisetifolia
|
116
|
Cemara
Norfolk
|
Araucaria
heterophylla
|
117
|
Cemara
Pinus
|
Casuarina
cunninghamiana
|
118
|
Cemara
Pua Pua
|
Juniperus
chinensis
|
119
|
Cemara
Putih
|
Casuarina
equisetifolia
|
120
|
Cemara
Udang
|
Casuarina
equisetifolia
|
121
|
Cempaka
putih
|
Michelia
alba
|
122
|
Cempedak
|
Artocarpus
champeden
|
123
|
Cemplok
|
Abutilon
indicum
|
124
|
Cendana
|
Santalum
album
|
125
|
Cengkeh
|
Eugenia
aromatica
|
126
|
Ceplukan
|
Physalis
minima / Phycalis peruviana
|
127
|
Cherry
|
Prunus
avium
|
128
|
Cocor
Bebek
|
Kalanchoe
blossfeldiana
|
129
|
Coklat
|
Theobroma
cacao
|
130
|
Dahlia
|
Dahlia
pinata
|
131
|
Dalu
dalu
|
Salix
tetrasperma
|
132
|
Damar
|
Agathis
alba
|
133
|
Delima
|
Punica
sp
|
134
|
Delima
Merah
|
Punica
nana
|
135
|
Delima
Putih
|
Punica
granatum
|
136
|
Dringo
|
Acorus
calamus
|
137
|
Duku
|
Lansium
domesticum
|
138
|
Durian
|
Durio
zibethinus
|
139
|
Enceng
gondok
|
Eichornia
crassipes
|
140
|
Gadung
|
Dioscorea
hispida
|
141
|
Gambas
|
Luffa
acutangula
|
142
|
Gambir
|
Uncaria
gambir
|
143
|
Gandapura
|
Gaultheria
leucocarpa
|
144
|
Gandola
|
Basella
rubra
|
145
|
Gandum
|
Triticum
aestivum
|
146
|
Gandum
hitam
|
Secale
cereale
|
147
|
Ganja
|
Cannabis
sativa
|
148
|
Genjer
|
Limnocharis
flava
|
149
|
Ginseng
|
Panax
ginseng
|
150
|
Ginseng
Jawa/Talesom
|
Talinum
triangulare
|
151
|
Jagung
|
Zea
mays
|
152
|
Jahe
|
Croton
argyratus
|
153
|
Jambu
Air
|
Syzygium
aqueum
|
154
|
Jambu
Biji
|
Psidium
guajava
|
155
|
Jambu
bol
|
Syzygium
malasccense
|
156
|
Jambu
Mete
|
Anacardium
ocidentale
|
157
|
Jamur
Bulat
|
Calvatia
gigantia
|
158
|
Jamur
Champignon
|
Agaricus
bisporus
|
159
|
Jamur
Enokitake
|
Flammunila
velutipes
|
160
|
Jamur
Kancing
|
Agaricus
brunescens
|
161
|
Jamur
Kuping
|
Auricularia
auricularia
|
162
|
Jamur
Maitake
|
Grifola
frondosa
|
163
|
Jamur
Matsutake
|
Agrocybe
aegerita
|
164
|
Jamur
Merang
|
Volvariella
volvacea
|
165
|
Jamur
Paha Ayam
|
Coprinus
comatus
|
166
|
Jamur
Shiitake
|
Lentinus
edodes
|
167
|
Jamur
Tiram
|
Pleurotus
ostreatus
|
168
|
Jarak
Pagar
|
Jatropa
curcas
|
169
|
Jarum-jarum
|
Pavetta
subvelutina
|
170
|
Jati
|
Tectona
grandis
|
171
|
Jawawut
|
Setaria
italica
|
172
|
Jelutung
|
Dyera
costulata
|
173
|
Jengkol
|
Pithecelobium
jiringa
|
174
|
Jeruk
|
Citrus
sp
|
175
|
Jeruk
Bali
|
Citrus
x paradisi
|
176
|
Jeruk
Kesturi
|
Citrus
mitis
|
177
|
Jeruk
Lemon
|
Citrus
lemon
|
178
|
Jeruk
Mandarin
|
Citrus
deliciosa
|
179
|
Jeruk
Manis
|
Citrus
onshiu
|
180
|
Jeruk
Nipis
|
Citrus
aurantifolia
|
181
|
Jeruk
Purut
|
Citrus
hystrix
|
182
|
Jintan
|
Carus
carvi
|
183
|
Jintan
hitam
|
Nigella
sativa
|
184
|
Jintan
Putih
|
Cuminum
cyminum
|
185
|
Kacang
|
Vigna
mungo
|
186
|
Kacang
Bogor
|
Voandzeia
subterranea
|
187
|
Kacang
Buncis
|
Phaseolus
vulgaris
|
188
|
Kacang
Hijau
|
Phaseolus
aureus
|
189
|
Kacang
Kedelai
|
Glycine
max
|
190
|
Kacang
Koro
|
Phaseolus
sp
|
191
|
Kacang
Merah
|
Vigna
umbellata
|
192
|
Kacang
Panjang
|
Vigna
sinensis
|
193
|
Kacang
Tanah
|
Arachis
hypogaea
|
194
|
Kakao
|
Thebroma
cacao
|
195
|
Kaktus
|
Opuntia
spp
|
196
|
Kangkung
|
Ipomoea
aquatica
|
197
|
Kantil
|
Michelia
champaca
|
198
|
Kapas
|
Gossypium
hirsutum
|
199
|
Karet
|
Havea
brasiliensis
|
200
|
Kayu
Manis
|
Cinnamomum
burmani
|
201
|
Kecombrangan
|
Pittosporum
ferrugneum
|
202
|
Kedondong
|
Spandias
mombin
|
203
|
Keladi
|
Caladium
sp
|
204
|
Kelapa
|
Cocos
nucifera
|
205
|
Kelapa
Sawit
|
Elaeis
guineensis
|
206
|
Kelor
|
Moringa
oleifera
|
207
|
Kemangi
|
Ocimum
basilicum
|
208
|
Kemiri
|
Aleurites
moluccana
|
209
|
Kenanga
|
Canangium
odoratum
|
210
|
Kenari
|
Canarium
commune /
|
211
|
Kencur
|
Kaempferia
galanga
|
212
|
Kentang
|
Solanum
tuberosum
|
213
|
Kina
|
Cinchona
pubeschens
|
214
|
Kismis
|
Muehlenbeckia
platyclada
|
215
|
Kiwi
|
Actinidia
chinensis
|
216
|
Klengkeng
|
Nephelium
longanum / Dimocarpus longan
|
217
|
Kopi
|
Coffea
|
218
|
Krisan
|
Chrysanthemum
morifolium
|
219
|
Krokot
|
Alternanthera
ficoidea
|
220
|
Kucai
|
Allium
odorum
|
221
|
Kumis
Kucing
|
Orthosiphon
aristatus
|
222
|
Kunyit
|
Curcuma
domestica
|
223
|
Kurma
|
|
224
|
Kwini
|
Mangifera
odorata
|
225
|
Labu
|
Cucurbita
spp
|
226
|
Lada
|
Piper
nigrum
|
227
|
Lavender
|
Lavandula
angustifolia
|
228
|
Lawang
|
Cinnamomum
culilawan
|
229
|
Lengkuas
|
Languas
galanga
|
230
|
Lily
|
Homerocallis
sp
|
231
|
Lobak
|
Raphanus
sativus
|
232
|
Mahoni
|
Swietenia
mahagoni
|
233
|
Mangga
|
Mangifera
indica
|
234
|
Manggis
|
Garcinia
mangostama
|
235
|
Mawar
|
|
236
|
Melati
|
Jasminum
sambac
|
237
|
Melinjo
|
Gnetum
gnemon
|
238
|
Melon
|
Cucumis
melo
|
239
|
Mengkudu
|
Morinda
citrifolia
|
240
|
Mentimun
|
Cucumis
sativus
|
241
|
Meranti
|
Shorea
sp
|
242
|
Merbau
|
Intsia
amboinensis
|
243
|
Namnam
|
Nephelium
sp
|
244
|
Nanas
|
Ananas
comosus
|
245
|
Nangka
|
Artocarpus
heterophyllus
|
246
|
Nipah
|
Nipa
fruticans
|
247
|
Nusa
Indah (Musaenda)
|
Mussaenda
phillipica
|
248
|
Pacar
air
|
Impatiens
balsamina
|
249
|
Padi
|
Oryza
sativa
|
250
|
Pakis
haji
|
Cycas
rumphii
|
251
|
Pakis
Rawa
|
Ceratoptaris
thalictroides
|
252
|
Pandan
|
Pandanus
|
253
|
Panili
|
Vanilla
planifolia
|
254
|
Paprika
|
Capsicum
annuum var Grossum
|
255
|
Pare
|
Momordica
charantia
|
256
|
Pasak
Bumi
|
Eurycoma
longifolia
|
257
|
Pepaya
|
Carica
papaya
|
258
|
Petai
|
Parkia
speciosa
|
259
|
Petai
Cina
|
Leucaena
leucephala
|
260
|
Areca
catechu
|
|
261
|
Pinus
|
Casuarina
equisetifolia / Pinus longaeva/Pinus mercusii
|
262
|
Pisang
|
Musa
paradisiaca
|
263
|
Pohon
Kasuwari
|
Casuarina
nodiflora
|
264
|
Putri
Malu
|
Mimosa
|
265
|
Rambutan
|
Nephelium
lappaceum
|
266
|
Randu
|
Ceiba
petandra
|
267
|
Ranti
|
Solanum
nigrum
|
268
|
Rotan
Irit
|
Calamus
trachycoleus
|
269
|
Sagu
|
Metroxylon
sago
|
270
|
Salak
|
Salacca
edulis
|
271
|
Salam
|
Eugenia
aperculata
|
272
|
Sawi
Hijau
|
Brassica
campestris
|
273
|
Sawi
Putih
|
Brassica
juncea
|
274
|
Sawi
Tanah
|
Nasturtium
indicum
|
275
|
Sawo
|
Zapota
|
276
|
Sedap
Malam
|
Polianthes
tuberose
|
277
|
Selada
|
Lactuca
sativa
|
278
|
Seledri
|
Apium
graviolens
|
279
|
Semangka
|
Citrulus
vulgaris
|
280
|
Serei
|
Cymbopogon
nardus
|
281
|
Sesudu
|
Euphorbia
antiquorum
|
282
|
Sirih
|
Piper
Betle
|
283
|
Sirsak
|
Annona
muricata
|
284
|
Sosor
Bebek
|
Kalanchoe
pinnata
|
285
|
Sri
Rejeki
|
Diaffenbachia
|
286
|
Sukun
|
Artocarpus
communis
|
287
|
Tebu
|
Saccharum
officinale
|
288
|
Teh
|
Camellia
sinensis
|
289
|
Teki
|
Cyperus
roduntus
|
290
|
Tembakau
|
Nicotiana
tabacum
|
291
|
Teratai
|
Neliumbium
nucifera
|
292
|
Terong
|
Solanum
melongenae
|
293
|
Terung
Belanda
|
Cyphomandra
betacea
|
294
|
Timun
Tahil
|
Randia
spinosa
|
295
|
Tomat
|
Lycopersicon
esculentum
|
296
|
Ubi
Jalar
|
Ipomoea
batata
|
297
|
Ubi
Kayu
|
Manihot
esculenta
|
298
|
Ubi
kelapa
|
Dioscorea
alata
|
299
|
Urang-aring
|
Eclipta
alba
|
300
|
Wortel
|
Daucus
carota
|
Langganan:
Postingan (Atom)